Berada di wilayah pusat ibu kota Bangka Belitung
(pangkalpinang), menjadikan setiap bangunan yang hendak berdiri ‘harus’ memiliki
izin dari pihak yang berwenang. Itulah yang menjadi latar belakang coretan
desain kami kali ini. Desain kali ini berupa Ru Ruko pojokan. Ru : Rumah, Ruko
: Rumah Toko, dan Pojokan : memang posisinya tepat disudut jalan bersimpang
tiga.

Ru Ruko Pojokan, sebuah unit bangunan yang diperuntukan oleh pemilik sebagai hunian, dan pada sebagian lainya diperuntukan sebagai ruko yang katanya berencana untuk
dikontrakan. Dimensi lokasi tempat berdirinya bangunan berukuran 13 x 22 meter. Dengan tapal batas sisi depan (utara) berupa jalan aspal, sisi timur (kanan) berbatasan dengan rumah warga dan disisi belakang (selatan) berupa parit kecil kota serta disisi kiri (barat) berupa jalan aspal.
Sebetulnya coretan desain kali ini tak semua kami yang
kerjakan, sebab pada tataran coretan layout sudah disiapkan. Usut punya usut
ternyata client berbackground teknik sipil, pantes bisa buat layout hee.
Praktis kami hanya melanjutkan dan menyesuaikan coretan tersebut dengan
beberapa pertimbangan misal terkait kesesuaian layout terhadap lahan,
efektifitas desain terhadap struktur, dan lainya. Jumlah lantai bangunan ada 2.
Dimensi bangunan lt. 1 (6.5 x 17 m) lt. 2 (7 x 17 meter). Zonasi layout secara umum dibagi menjadi 2, pertama : sepertiga dari lantai dasar diperuntukan sebagai entrance Rumah hunian, sedang dua pertiga sisanya diperuntukan sebagai ruko. Lantai 2 secara keseluruhan diperuntukan sebagai hunian.

Dimensi bangunan lt. 1 (6.5 x 17 m) lt. 2 (7 x 17 meter). Zonasi layout secara umum dibagi menjadi 2, pertama : sepertiga dari lantai dasar diperuntukan sebagai entrance Rumah hunian, sedang dua pertiga sisanya diperuntukan sebagai ruko. Lantai 2 secara keseluruhan diperuntukan sebagai hunian.



Dalam kasus coretan desain kali ini misalnya, atap yang diinginkan
oleh client sebetulnya adalah atap dak beton. Dasar pertimbangan beliau adalah
peruntukan dak atap sebagai area jemur dan perletakan tedmond air bersih serta
faktor keamanan sebab pada sisi barat terdapat jaringan kabel listrik atas yang
cukup padat dan bertumpuk. Alasan yang cukup dapat diterima, namun bagi kami
masih ada cukup ruang untuk ‘memaksakan’ sudut pandang kami terkait rencana atap.
Seperti yang tertera pada desain, hasil akhir desain yang di acc adalah
berbetuk pelana dengan sedikit sentuhan tritisan yang diperpanjang pada bagian
baratnya. Dasar yang kami gunakan adalah :
1. Adaptasi
terhadap orientasi matahari
2. Efisiensi harga
dan estimasi waktu kerja
3. Beban konstruksi
dan perkiraan kondisi tanah
4. Estetika dan
keindahan bangunan
Empat hal tersebut yang kami jadikan sebagai dasar untuk
‘memaksakan’ desain atap dak menjadi atap pelana sederhana. Demikian yang kami
maksud dengan hal yang masih dapat kami turuti dan hal yang terkadang harus
kami ‘paksakan’.
Akhirnya, semoga kami terus dapat
berikan argumentasi, pertimbangan dan desain yang terbaik agar setiap yang
menginginkan keindahan (venustas), keamanan sebab kokoh (firmitas), dan
kegunaan (utilitas) dan rancang bangunanya dapat terwujud dengan
sebaik-baiknya. Ardiansyah / Kreasi Arsitek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar