Page ini sebenanya lebih berorientasi pada dokumentasi pribadi atas desain2 kami dan catatan2 kami seputar Arsitektur // bukan sebagai sarana pokok untuk mempromosikan biro desain Arsitektur kami (Kreasi Arsitek) // Namun jika ada yang menghubungi kami lewat page ini, Alhamdulillah berarti rezeki bagi kami :D // jika dibutuhakan berikut Nomor kontak kami : Telp/ sms : 081285421254 atau WA : 081995333462 // Hatur nuhun... :D

RU RUKO POJOKAN

Berada di wilayah pusat ibu kota Bangka Belitung (pangkalpinang), menjadikan setiap bangunan yang hendak berdiri ‘harus’ memiliki izin dari pihak yang berwenang. Itulah yang menjadi latar belakang coretan desain kami kali ini. Desain kali ini berupa Ru Ruko pojokan. Ru : Rumah, Ruko : Rumah Toko, dan Pojokan : memang posisinya tepat disudut jalan bersimpang tiga.

Ru Ruko Pojokan, sebuah unit bangunan yang diperuntukan oleh pemilik sebagai hunian, dan pada sebagian lainya diperuntukan sebagai ruko yang katanya berencana untuk
dikontrakan. Dimensi lokasi tempat berdirinya bangunan berukuran 13 x 22 meter. Dengan tapal batas sisi depan (utara) berupa jalan aspal, sisi timur (kanan) berbatasan dengan rumah warga dan disisi belakang (selatan) berupa parit kecil kota serta disisi kiri (barat) berupa jalan aspal. 

Sebetulnya coretan desain kali ini tak semua kami yang kerjakan, sebab pada tataran coretan layout sudah disiapkan. Usut punya usut ternyata client berbackground teknik sipil, pantes bisa buat layout hee. Praktis kami hanya melanjutkan dan menyesuaikan coretan tersebut dengan beberapa pertimbangan misal terkait kesesuaian layout terhadap lahan, efektifitas desain terhadap struktur, dan lainya. Jumlah lantai bangunan ada 2.  
Dimensi bangunan lt. 1 (6.5 x 17 m) lt. 2 (7 x 17 meter). Zonasi layout secara umum dibagi menjadi 2, pertama : sepertiga dari lantai dasar diperuntukan sebagai entrance Rumah hunian, sedang dua pertiga sisanya diperuntukan sebagai ruko. Lantai 2 secara keseluruhan diperuntukan sebagai hunian.

Sebab sisi depan dari ruko dan sebagian dari fasade rumah kearah barat (matahari sore), maka adaptasi dan penyesuaian sederhana pada bagian atap kami lakukan, yakni dengan meneruskan tritisan atap pelana sepanjang 2 meter. Tujuanya adalah untuk melidungi bukaan berupa jendela besar berjajar ruang santai pada lantai 2 dari paparan sinar matahari sore secara langsung.  Balkon atau teras depan dari hunian sengaja kami bungkus dengan pasangan hollow rapat vertikal dengan maksud memberikan privasi yang lebih dari penghuni ketika duduk santai disana, sebab pasangan hollow rapat vertikal akan memblok pandangan dari luar kedalam, sedang untuk sebaliknya tidak berlaku. Pertimbangan lainya adalah sebagai pengganti ralling pagar balkon dan juga berfungsi seagai sunscreen matahari sore yang tak terlalu nyaman jika kita terkena secara langsung. 

Untuk detail-detail sentuhan pada beberapa hal terdapat permintaan khusus dari client, salah satunya adalah list penebalan bata antar kusen memanjansg vertikal. Model kusen pun bagian dari request beliau. Bagi kami sebagai insan yang memang hobi dengan rancang bangun, request hal yang demikian bukan sebuah persoalan, sebab tak terlalu prinsip dalam pertimbangan desain.  Namun jika kemudian yang diminta adalah hal yang memang menurut keilmuan kami termasuk prinsip maka sedapat mungkin kami pertahankan dengan jalan kami jelaskan sebaik-baiknya.

Dalam kasus coretan desain kali ini misalnya, atap yang diinginkan oleh client sebetulnya adalah atap dak beton. Dasar pertimbangan beliau adalah peruntukan dak atap sebagai area jemur dan perletakan tedmond air bersih serta faktor keamanan sebab pada sisi barat terdapat jaringan kabel listrik atas yang cukup padat dan bertumpuk. Alasan yang cukup dapat diterima, namun bagi kami masih ada cukup ruang untuk ‘memaksakan’ sudut pandang kami terkait rencana atap. Seperti yang tertera pada desain, hasil akhir desain yang di acc adalah berbetuk pelana dengan sedikit sentuhan tritisan yang diperpanjang pada bagian baratnya. Dasar yang kami gunakan adalah : 
1.      Adaptasi terhadap orientasi matahari
2.      Efisiensi harga dan estimasi waktu kerja
3.      Beban konstruksi dan perkiraan kondisi tanah
4.      Estetika dan keindahan bangunan


Empat hal tersebut yang kami jadikan sebagai dasar untuk ‘memaksakan’ desain atap dak menjadi atap pelana sederhana. Demikian yang kami maksud dengan hal yang masih dapat kami turuti dan hal yang terkadang harus kami ‘paksakan’. 

          Akhirnya, semoga kami terus dapat berikan argumentasi, pertimbangan dan desain yang terbaik agar setiap yang menginginkan keindahan (venustas), keamanan sebab kokoh (firmitas), dan kegunaan (utilitas) dan rancang bangunanya dapat terwujud dengan sebaik-baiknya. Ardiansyah / Kreasi Arsitek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar